@Sahabatku
Demi kebaikan adalah alasan untuk pembenaran atas kesalahan. Demi kebaikan? Bukankah ini sebuah justifikasi masa depan. Apakah kita selalu ingin menjustifikasi segala sesuatu. Mungkin setiap kita melakukan sesuatu, selalu didahului dengan analisa dan prediksi. Lalu hasilnya, apakah semuanya sesuai dengan rencana / prediksi kita? Relatif bukan? Kalau semua asumsi kita benar, mungkin kita sudah jadi orang terbaik, terkaya, terhebat dan jadi salah satu pemimpin di dunia.
Alam tidak pernah membohongi kita, tidak peduli dengan baik dan buruk, bencana atau berkah, dipuji atau dimaki, maka keseimbangan tetap terjaga. Kita yang selalu membohongi diri sendiri, menjustifikasi segala sesuatu dengan ukuran kita.
Melakukan kebohongan (kesalahan) demi kebaikan, ibarat membangun rumah di atas pondasi rapuh, lalu berdoa kepada Tuhan untuk menguatkannya.
Demi kebaikan? Kebaikan menurut ukuran siapa?
Menurutku, Tuhan bertindak mengalir dalam keseimbangan. Terkadang kita rasakan sebagai bencana. Menurutmu, apakah Tuhan berpikir “Sebaiknya kutunda dulu demi kebaikan” atau “Kuturunkan bencana ini sebagai hukuman”
Demi kebaikan? Ini salah satu tipuan iblis terhalus, dan paling sulit di hindari anak manusia.
Iblis ada di hati kita. Kitalah iblis itu, hehehe. Kita selalu tertipu oleh diri sendiri, dan menjauhkan diri dari Tuhan.
Sunday, August 16, 2009
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment