@April Lie
Setiap individu adalah sebuah keajaiban yg diciptakan Tuhan.
Kebersamaan kita semua, adalah gabungan keajaiban2 yg diciptakan Nya.
Yang akan sanggup mengatasi semua masalah dan membangun dunia ini.
Kita semua adalah keajaiban yg diciptakan Tuhan untuk berbuat sesuatu,
Bukan diciptakan untuk memohon dan meminta keajaiban yg lain2 lagi.
Dengan masih mengharapkan keajaiban di luar diri kita, sepertinya kita justru melupakan kebesaran Tuhan yg telah menciptakan kita.
Tangan Tuhan telah diulurkan melalui kita. Marilah ber sama2 kita mulai melangkah.
Ibarat membangun rumah, rame2 kita menyusun batu bata, membuat atap dan jendela. Maka jadilah rumah idaman kita.
Tidaklah mungkin kita membangun rumah, dengan hanya meletakkan batu di atas tanah. Lalu berdoa dan memohon keajaiban dari Tuhan untuk mengubahnya menjadi sebuah rumah.
Sunday, August 16, 2009
Berbahagialah
@ichaduma
Berbahagialah di depan Kelahiran, sebab semua Kelahiran membawa Harapan dan Kesempatan untuk menemukan akar2 penyebab Penderitaan. Kelahiran tetap terjadi pada mereka yang belum mencabut akar2 penyebabnya. Kesempatan terbesar untuk bisa menemukan dan mencabut akar2 tersebut, hanya ada dalam Kehidupan.
Labels:
Bahagia,
Derita,
Kebahagiaan,
Kelahiran,
Kematian,
Lahir,
Mati,
Penderitaan
Demi Kebaikan
@Sahabatku
Demi kebaikan adalah alasan untuk pembenaran atas kesalahan. Demi kebaikan? Bukankah ini sebuah justifikasi masa depan. Apakah kita selalu ingin menjustifikasi segala sesuatu. Mungkin setiap kita melakukan sesuatu, selalu didahului dengan analisa dan prediksi. Lalu hasilnya, apakah semuanya sesuai dengan rencana / prediksi kita? Relatif bukan? Kalau semua asumsi kita benar, mungkin kita sudah jadi orang terbaik, terkaya, terhebat dan jadi salah satu pemimpin di dunia.
Alam tidak pernah membohongi kita, tidak peduli dengan baik dan buruk, bencana atau berkah, dipuji atau dimaki, maka keseimbangan tetap terjaga. Kita yang selalu membohongi diri sendiri, menjustifikasi segala sesuatu dengan ukuran kita.
Melakukan kebohongan (kesalahan) demi kebaikan, ibarat membangun rumah di atas pondasi rapuh, lalu berdoa kepada Tuhan untuk menguatkannya.
Demi kebaikan? Kebaikan menurut ukuran siapa?
Menurutku, Tuhan bertindak mengalir dalam keseimbangan. Terkadang kita rasakan sebagai bencana. Menurutmu, apakah Tuhan berpikir “Sebaiknya kutunda dulu demi kebaikan” atau “Kuturunkan bencana ini sebagai hukuman”
Demi kebaikan? Ini salah satu tipuan iblis terhalus, dan paling sulit di hindari anak manusia.
Iblis ada di hati kita. Kitalah iblis itu, hehehe. Kita selalu tertipu oleh diri sendiri, dan menjauhkan diri dari Tuhan.
Demi kebaikan adalah alasan untuk pembenaran atas kesalahan. Demi kebaikan? Bukankah ini sebuah justifikasi masa depan. Apakah kita selalu ingin menjustifikasi segala sesuatu. Mungkin setiap kita melakukan sesuatu, selalu didahului dengan analisa dan prediksi. Lalu hasilnya, apakah semuanya sesuai dengan rencana / prediksi kita? Relatif bukan? Kalau semua asumsi kita benar, mungkin kita sudah jadi orang terbaik, terkaya, terhebat dan jadi salah satu pemimpin di dunia.
Alam tidak pernah membohongi kita, tidak peduli dengan baik dan buruk, bencana atau berkah, dipuji atau dimaki, maka keseimbangan tetap terjaga. Kita yang selalu membohongi diri sendiri, menjustifikasi segala sesuatu dengan ukuran kita.
Melakukan kebohongan (kesalahan) demi kebaikan, ibarat membangun rumah di atas pondasi rapuh, lalu berdoa kepada Tuhan untuk menguatkannya.
Demi kebaikan? Kebaikan menurut ukuran siapa?
Menurutku, Tuhan bertindak mengalir dalam keseimbangan. Terkadang kita rasakan sebagai bencana. Menurutmu, apakah Tuhan berpikir “Sebaiknya kutunda dulu demi kebaikan” atau “Kuturunkan bencana ini sebagai hukuman”
Demi kebaikan? Ini salah satu tipuan iblis terhalus, dan paling sulit di hindari anak manusia.
Iblis ada di hati kita. Kitalah iblis itu, hehehe. Kita selalu tertipu oleh diri sendiri, dan menjauhkan diri dari Tuhan.
Subscribe to:
Posts (Atom)